Minggu, 09 September 2012

J.F. Palal ( 9 september 1998 - 9 september 2012)

malam itu, mungkin malam perpisahan,
malam dimana susu Anlene menjadi buah tanganku untuk kakung,

8 september 1998 malam,
usia 8 tahun, belum mengerti apa itu penyakit kanker, kanker prostat....
saya hanya berdiam berdiri di depan kamar kakung saya di Blabak,
kakung hanya terbaring lemah dan sesekali menyuruh saya memijeti kakinya sambil memberi wejangan bagi cucu pertamanya ini, tapi alangkah bodohnya saya, saya hanya merengek dan mengajak kakung bermain "pasaran" dan menagih capjay rumah makan Fantasia, Magelang kesukaan kami.
saat itu kakung hanya tersenyum dan mungkin menahan rasa sakitnya :(

waktu itu saya inget bapak saya, mondar mandir untuk menunggu dokter datang ke rumah, bapak hanya diam tidak berkata apa-apa tapi saya tahu bapak panik saat itu,
bapak saya merupakan anak tunggal, sehingga segala urusan kakung hanya bapak yang menyelesaikan dan saya karena anak pertama bapak sehingga saya cucu pertama di keluarga ini, keluarga yang berlatar belakang kependidikan karena kakung saya seorang guru SD dan guru Bahasa Indonesia, namun ketika itu bapak saya seorang bankir muda dengan dua orang anak, sungguh perbedaan yang terlihat kontras..
tapi apapun latar belakang kakung dan bapak saya, yang terpenting adalah ketulusan bekerja dan membagi ilmu yang mereka miliki..

akhirnya pukul 9 malam, kakung kondisinya membaik sehingga saya dan bapak pamit pulang ke Magelang karena keesokan paginya saya harus masuk sekolah dan bapak saya kerja,
pamitan itu mungkin sekedar pamitan biasa hanya bedanya saya tahu waktu itu kakung sakit, sehingga tidak mengantarkan kami sampai di gerbang depan rumah, kakung hanya terdiam di tempat tidur
Vespa milik bapak pun membawa saya dan bapak kembali ke Magelang, menembus malam

9 september 1998 pagi,
saya berangkat sekolah seperti biasa diantar bapak sekalian bapak ke kantor,
ibu saya mengantar adek saya ke TK Santa Maria Magelang...

sampai akhirnya peristiwa itu terjadi, peristiwa yang tidak ada lagi "pasaran" tidak ada lagi capjay, tidak ada lagi duren, tidak ada lagi liburan ke desa, tidak ada lagi yang mendongeng sebelum saya teridur, tidak ada lagi, tidak ada lagi sosok kakung :(
Tuhan telah mengambil sosok itu dari kehidupan saya, kehidupan keluarga kami..
Tuhan kenapa terlalu cepat mengambil kakung? kala itu saya masih kecil Tuhan saya belum merasakan kasih sayang kakung sepenuhnya, hanya 8 tahun lebih 5 bulan saya memiliki sosok kakung dan memanggil sapaan itu ketika saya dimarahi bapak atau ibu saya, saya selalu bersembunyi dibalik sosok kakung saya :(

sekarang kakung saya sudah terbujur kaku di dalam peti itu :"(
kakung saya 
kakung saya telah meninggal 

kakung meninggalkan saya ketika saya masih membutuhkan sosok seorang kakek, dimana terkadang teman-teman saya membuat cerita tentang liburan bersama kakeknya dan saya hanya bisa membuat cerita yang isinya mengunjungi kakung saya tiap minggu dengan membawakan bunga dan dupa, tragis! :"( menatap pusara kakung yang berdiri megah di ujung makan itu :"(

hari ini 14 tahun sudah, kakung meninggalkan kami, kakung meninggalkan saya,
kakung tidak bisa mendampingi ketika cucu pertama ini beranjak dewasa,
ketika cucu ini berhasil masuk di perguruan tinggi negeri, sesuai harapan kakung,
wisuda saya, pekerjaan saya, kuliah adek saya,
kakung tidak bisa melihat secara nyata bahkan menggendong dan memeluk cucumu ini,
kakung tlah di surga bersama Bapa,
kakung,
dampingi, lindungi, berkati jalan cucumu dan anakmu ini dari tempat terindahmu, Surga

kakung, we always miss u, always love u :*

bapak- ibu - nana - dewi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar